Kecoak Mati Syahid


Sekarang siapa yang tidak jijik dengan kecoak. Serangga kecil yang identik dengan tempat kotor ini memang selalu membuat orang merasa kesal jika mendapatinya sedang asyik berkeliaran di tempat-tempat sekitar kita.

Biasanya, jika ada kecoak, pasti kita akan mengambil alat-alat yang ada disekitar, untuk segera mengusirnya sejauh mungkin dari tempat kita berada. Atau, kita balikan badannya agar dia mati. Sebab kecoak tidak akan bisa berbalik kembali dikarenakan tubuhnya yang terlalu pipih.

Kecoak memang kita sering anggap serangga yang hina, serangga yang sering kali kita anggap sebagai bentuk ketidak bersihkan, kejorokan, dan ketidak terjagaan kesehatan tempat kita. Tapi taukah, bahwa ada kecoak yang mati syahid?

Malam ini saya terbangun dengan kaget dan kesal karena mendapati kecoak yang rasanya sedari tadi berkeliaran di tempat tidur. Merambat-rambat entah telah menjelajahi seluruh badan saya. Intinya saya kesal.

"Kecoak sialan." Saya menggerutu dalam hati, sambil refleks menyingkirkan dengan sekuat tenaga dari tempat tidur saya.

Seketika si kecoak terlempar, sempat membentur pintu kamar dan  kemudian jatuh dalam keadaan berbalik. Kemudian si kecoak menggelepar, kakinya di gerak-gerakan agar menurutnya bisa berbalik dan segera lari dan berkeliaran kembali. Tapi rasanya percuma, jika sudah dalam posisi itu si kecoak pasti mati karena tidak bisa berbalik.

Saya bergembira ria melihat si kecoak tubuhnya terbalik. "Tuman.. makanya Jagan main-main dengan saya." Gumam saya lagi.

Saya langsung bangun dan segera sholat Isya, karena seketika teringat, beberapa jam lalu saya ketiduran dengan keadaan sebelum sholat Isya.

Setelah sholat, saya langsung merebah lagi dan mencoba untuk memejamkan mata kembali. Di kejauhan saya masih melihat si kecoak masih belum berhenti menggerak-gerakan kakinya untuk memperjuangkan hidupnya.

Sebagai seorang yang berpikir, saya memcoba menerka kembali, apa manfaat dan faedah dari penciptaan Tuhan atasnya. Bagaimana bisa serangga yang kita anggap hina itu bisa memberi pelajaran.

Kehinaan si kecoak bukan alasan untuk dirinya tetap berjuang untuk hidup. Dia terus-menrus tanpa henti berusaha sekuat tenaga, meniti asa, meski kesempatan meraih  hidupnya kembali hampir tidak mungkin.

Kita kadang malu dengan si kecoak yang terus berjuang. Kita kadang terlalu cengeng dengan masalah-masalah yang dihadapi. kadang kita gampang sekali menyerah dengan ujian dan cobaan yang menimpa. Padahal dengan segala potensi dan kesempurnaan yang Tuhan anugarahkan kepada kita, merupakan hal yang memungkinkan bagi kita untuk memperjuangkan segalanya.

Sekali lagi saya malu dengan kecoak yang tampaknya sampai saya menulis ini masih saja berjuang. Si kecoak dengan fitrahnya sebagai makhluk Tuhan tetap patut dan tunduk untuk menjadi kecoak. Tidak pernah protes dan mengeluh sebagai kecoak yang sering dihinakan. Berbeda dengan kita, yang diciptakan sebagai makhluk dengan derajat tertinggi dibanding dengan makhluk lainnya, kita masih mengeluh dan mengutuk keadaan.

Si kecoak malam ini telah berjasa membangunkan saya agar sholat Isya. Si kecoak malam ini juga telah memberi saya pelajaran tentang perjuangan dalam hidup. bagaimanapun keadaannya, hina ataupun dihinakan, berat untuk dijalani, atau masah-masalah yang menerpa, hidup tetaplah hidup, harus tetap diperjuangkan.

"Si kecoak mati syahid" saya bergumam.

Mati dalam keadaan berjuang, serta mati dalam ikhlas menerima fitrah Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlalu Begitu Cepat

Teh Dini Hari

Kuping Kiri