Di Bawah Pohon



Saya tidak habis pikir tempat seperti ini bisa memberi pelajaran berharga. Di bawah pohon belimbing ini saya mencoba memaknainya sebagai proses menyejarah.

Di saat orang lain sibuk dengan hal-hal formalitas, masuk
-keluar jelas, retorika belajar-mengajar, mengerjakan-mengkoresi uas, bimbingan-membimbing skripsi, dan yang lainnya, orang-orang di sini malah santai bermalas ria, seakan tanpa beban hidup.

Di zaman sekarang, masih ada orang seperti ini, yang duduk berjam-jam tanpa melakukan hal apapun yang produktif. Persis hanya nongkrong dan sekali-sekali melakukan beberapa hal yang tidak berfaedah.

Curhat, ngegame, ceng-cengan, memikirkan hal aneh, adalah contoh dari banyak hal tidak bermanfaat yang biasa dilakukan. Yang jelas apapun yang dilakukan di sini memang tidak ada manfaanya.

Orang-orang di tempat ini, sering kali  tidak  mengontrol kata-kata. Apa saja diucapkan. Tidak peduli akhlak, adab, maupun sopan santun. Serendah-rendahnya perkataan ada semua di sini.

Jika orang baru tau tempat ini, pasti akan kaget dengan perkataan yang ada didalamnya. Antara mengajak berkelahi atau ingin didiokan supaya di azab oleh tuhan.

Tapi yang mengherankan, orang-orang yang ada di dalamnya adalah orang-orang hebat menurut saya. Orang yang tahu kapan waktu yang efektif untuk mengerjakan sesuatu dan bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu. Bukan mengerjakan terus-menerus tapi tidak pernah selesai.

Orang yang bisa menyikapi masalah dengan kepala dingin, dengan keseimbangan antara rasio dan hati, antara mood dan unmood, atau antara rasa dan akal.

Serta orang yang penuh cinta, dan kebaikan di antara sesama. Tidak hanya sesama manusia, tapi juga sesama makhluk dan seluruh jiwa yang hidup.

Mungkin ini adalah pengejawantahan dari semboyan Rahmat untuk seluruh alam. Atau bentur rill dari peran manusia sebagai khalifah di bumi.

Sebenarnya saya terlalu berlebihan, bahkan terlalu jauh jika berpikir sampai kesitu. Mungkin karena saya habis mendengarkan pengajian tentang Islam Rahmatan lil 'alamin atau manusia sebagai khalifah fil ardi.

Tapi yang jelas, orang-orang seperti itu juga sama dengan yang lain, yaitu sama-sama sedang memainkan peran sejarahnya masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlalu Begitu Cepat

Teh Dini Hari

Kuping Kiri