Solusi Terbaik
(Ditebitkan di buletin SOW3 Edisi Desember 2012)
“aku sangat bingung pak,
kenapa dia selalu mendapat masa lebih banyak dari saya di setiap kampanye yang
dilakukan.” pak adi berkata kepada bapaknya.
di samping kursi yang
didiuduki pak adi itu, duduk sesosok
lelaki tua yang usianya kira-kira sudah berkepala tujuh. dari wajahnya terlihat sisa-sisa kejayaan
masa lalu yang masih terpancar meski
kulit wajahnya sudah tak sekencang dulu, dan warna putih kini sudah mendominasi
warna rambutnya. Pak adi selalu cerita
tentang masalah apapun kepada lelaki tua itu,
karna selalu ada solusi yang keluar dari mulutnya.
Mendengar pernyataan
anaknya tadi, lelaki tua itu tersenyum dengan menampakkan giginya yang sudah menguning.
Ia selalu begitu ketika mendengar kabar apapun yang datang dari anaknya.
“itu sudah menjadi hal
biasa nak!” jawab lelaki tua itu terbata “setiap masyarakat itu punya pesepsi
berbeda terhadap seseorang, tak terkecuali yang kamu alami saat ini, masyarakat
pasti punya alasan, mengapa masyarakat lebih memilih dia dari pada kamu”
tambahnya.
“tapi pak, saya sudah
berusaha maksimal, dan saya rasa saya lebih baik dari pada dia, visi-misi saya
juga lebih bagus dari padanya. Tetapi apa yang dilakukannya sehingga mendapat
respon yang banyak sekali dari masyarakat” ucap pak adi menggebu-gebu.
Lagi-lagi senyuman terbit
dari bibir lelaki tua itu, kali ini diiring dengan tatapan remeh terhadap anaknya. Hal itu tak pelak membuat pak adi
menjadi agak kesal terhadap bapaknya yang menganggap enteng urusannya kali ini.
“bapak sudah lama
berkecimpung di dunia yang kamu geluti sekarang ini, sudah berpengalaman
tentang semua yang terjadi didalamnya, jadi bapak sudah tau semuanya tentang
masalah yang kamu alami kali ini.
“Maksudnya pak??”
“iya, bapak sudah tahu
semua tentang masalahmu”
“Kalau sudah tahu, apa
sebab masyarakat lebih memilih dia dari pada saya”
Sebelum menjawab
pertanyaan dari anaknya, Sejenak lelaki tua itu menyeruput kopi yang sudah
sedari tadi tersedia di meja ditengah-tengah kursi yang di dudukinya itu, dan
menghurup aromanya yang menangkan.
“begini nak, dalam dunia
politik, banyak cara yang di tempuh untuk mendapatkan kekuasaan”
“Maksud bapak?”
“Kalau hanya mengandalkan
visi-misi dan program kerja yang kamu koar-koarkan setiap kampanye, itu tidak
akan mendapat respon dari masyarakat, karna masyarakat sudah bosan dengan
janji-janji para calon penguasa yang hanya sekedar janji-janji belaka tidak ada
realisasinya. yang diinginkan masyarakat sekarang yaitu aksi.”
“Tapi kenapa kenapa mereka
lebih memilih dia?, padahal masyarakat belum tahu apakah Ia nanti lebih baik
dari pada saya atau tidak. ”
“kalau masalah itu, uang
yang bebicara”
“oh, jadi dia menggunakan
uang untuk menyogok masyarakat agar memilih dia”
“ya, tepat sekali, jaman
sekarang tidak ada yang lebih baik darpada uang, apalagi dari kalangan bawah
yang tidak mengerti tentang masalah-masalah politik yang terjadi disekitarnya,
jadi mereka hanya ingin yang-pasti-pasti saja, yaitu uang. meski hanya sedikit,
yang pasti ia dapat merasakan uang itu”
“oh begitu pak, tapi kalau
sudah begini, apa yang harus saya lakukan sekarang?”
“kamu masih punya waktu
untuk mengambil hati masyarakat sekarang, sebelum masa pemilihan nanti.”
Secara bersamaan, ayah dan
anak itu menyeruput kopi yang sedari tadi menunggu untuk di minum dan nampaknya
sekarang sudah agak mendingin. Dan mereka merasakan kenikmatannya seakan
menemani pak adi mengantar kabar bahagianya, karna lelaki tua itu lagi-lagi
akan segera memberikan solusi tentang masalahnya yang satu ini.
“Dengan cara apa aku bisa melakukan hal itu.” Pak adi
membuka lagi pembicaraan.
“dengan cara yang kamu
bisa untuk menyingkirkan lawanmu dari mata masyarakat.”
“oh begitu yah, Aku paham sekarang
dengan hal itu pak, mulai detik ini aku akan berusaha untuk itu.”
Obrolan mereka berdua
tetap berlanjut, dan selesai dengan
solusi terbaik dari bapak untuk anaknya, hari sudah menjelang malam pak adi
terngiang-ngiang perkataan bapaknya tentang masalah yang dihadapinya, dengan
semangat yang menggebu-gebu, pak adi melaksanakan apa yang dikatakan bapaknya malam itu juga.
*****
Seorang lelaki muda duduk
di teras rumahnya, ditemani segarnya udara pagi
dan segelas kopi yang menemani paginya hari itu. ia meraih sebuah Koran
pagi yang sedari tadi sudah menggoda matanya untuk dibaca. Ia tercengang ketika
melihat hedline Koran tersebut terpampang “CALON BUPATI BUNUH LAWAN
POLITIKNYA”. Lelaki muda itu membaca dengan seksama sambil sesekali merasakan
segarnya kopi hangat di pagi hari.
Ciputat, 22 desember 2012
di samping kursi yang didiuduki pak adi itu, duduk sesosok lelaki tua yang usianya kira-kira sudah berkepala tujuh. dari wajahnya terlihat sisa-sisa kejayaan masa lalu yang masih terpancar meski kulit wajahnya sudah tak sekencang dulu, dan warna putih kini sudah mendominasi warna rambutnya. Pak adi selalu cerita tentang masalah apapun kepada lelaki tua itu, karna selalu ada solusi yang keluar dari mulutnya.
Komentar