Tiga tahun yang lalu, sesaat sebelum mengakhiri acara upgrading Pimpinan Komisariat Adab dan Humaniora, kami bersama-sama menyanyikan "Mars PK . Adab". Rasanya begitu cepat waktu berlalu, dan begitu cepat segalanya berubah, beruntung hal ini ter abadikan , kami bisa melihat dan mengenang kembali keceriaan itu.
Ritual ngeteh bagi saya masih menjadi hal yang sakral. Hal ini karena bukan saya memang dari awal suka teh, tapi lebih kepada meringankan keluhan. Saya sering sakit kepala jika pagi sebelum aktivitas tidak ngeteh dulu. Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya, hal demikian saya rasakan beberapa bulan terakhir ini. Mungkin karena kurang olahraga dan bergerak, atau mungkin karena faktor lain. Jelasnya, hal itu yang membuat kebiasaan baru bagi keseharian saya saat ini. Kini teh menjadi minuman utama selain air putih, serta menjadi bahan basa-basi ketika bertandang ke rumah orang dan ditawari ingin minum apa. Bagi saya, saat ini teh bisa menggambarkan imege seseorang. orang akan menganggap bahwa seseorang yang suka teh mempunyai kepribadian yang lebih lembut, lebih toleran dan gampang di bodohi. ketimbang kopi misalnya, yang cenderung lebih keras, dan kuat dan berpendirian. Begitu juga orang melihat saya saat ini, mungkin adalah orang yang lembut, dan juga gampang dibodohi. Hehe. Padahal
Pernahkah kau berada pada satu kondisi dimana kau merasa bukan dirimu yang sebenarnya. Kau seperti 'disetir' oleh sesuatu entah ego, rasa malas, nafsu, atau apapun yang membuatmu tak kunjung mengerjakan sesuatu yang sebenarnya harus kau lakukan pada saat itu. Di mana kau ingin sekali melakukan hal-hal besar, tapi keinginanmu tak kunjung kau kejewantahkan lantaran ada 'sesuatu' yang menghalangimu itu. Di mana setiap waktu rasanya tak ada harganya hanya untuk melakukan hal-hal yang jika dihitung baik buruknya, lebih condong pada hal yang buruk, tak bermanfaat. Di mana setiap perbuatan baik yang akan kau lakukan, serasa ada saja hal yang membutamu mengurungkanmu untuk berbuat. Di mana kau sudah seperti seekor kerbau yang dicokok hidungnya oleh sang penggembala bernama hawa nafsu. Dimana saat kau mulai melakukan kebaikan pun, kau tak bisa terlepas dari bayang-bayang sang penggembala itu. Jika kau merasakannya, kau harus mulai belajar melawannya, jangan sampai s
Komentar