Mutiara dari Pinggiran



Ani melangkahkan  kakinya  menuju sekolah satu-satunya yang ada di desa kecil tempat ia tinggal, dengan berbekal buku pelajaran di dalam tas butut yang  tertambat di punggung kecilnya, ia selalu bersemangat untuk pergi sekolah, dan Ia termasuk orang yang aktif dalam kelasnya. tak heran ketika ia tidak mauk sekolah, pasti yang paling dicari guru maupun teman-teman sekelasnya.

“ani, selamat yah, kali ini juga kamu mendapatkan nilai paling tinggi, tetap pertahankan yah nak!” sahut bu guru yang ketika itu mengajar di kelas tempat ani belajar, sambil membagikan kertas ulangan yang sudah koreksinya.

seisi kelas bertepuk tangan atas prestasi ini, karna sudah sejak semester satu ia selalu menempati nilai tertinggi di kelasnya. Ani menerima kertas ulangan  dari gurunya dengan wajah sumringah dengan nilai yang lagi-lagi mengalahkan teman sekelasnya.

“Selamat yah ni,” bisik nita teman sebangkunya dengan diiringi senyum simpati.

“ia terima kasih yah” jawab ani.

keduanya serius melanjutkan pelajaran yang di berikan gurunya, tidak ketinggalan, ani selalu aktif dan kritis mengenai pelajaran yang sedang diajarkan oleh gurunya, sampai jam isturahat tiba, dan seterusnya sampai jam pelajaran hari itu habis.

            Ketika sampai dirumah setelah pulang sekolah, tak lupa ia membantu ibunya menggarap sawah yang bukan miliknya, orang tuanya hanya menggarap lahan itu sampai panen dan hasilnya di bagi sesuai kesepakatan.

“ani tadi mendapat nilai terbaik bu di kelas” kata ani membuka pembicaraan.

“oh ya bagus itu” kata ibu ani sambil serius membersihkan rumput diantara pohon pohon kentang itu.

“tetap tertahankan ya nak nilaimu” sahut bapaknya dari kejauhan yang sedang mengadu cangkul dengan tanah yang sedang di garapnya. “Biar nanti kamu bisa memperbaiki nasib keluarga kita dengan prestasimu itu, meskipun kondisi keluaga kita sekarang serba kekurangan, itu jangan dijadikan alasan untuk tidak berprestasi.” Tambahnya.

“iya nak! Benar apa kata bapakmu, kamu harus selalu rajin belajar dan tidak boleh patah semangat dengan kondisi kita sekarang”

“Iya pak, bu, ani akan terus rajin belajar”

Obrolan keluarga kecil itu berlanjut sampai senja datang dan membuat mereka harus menyudahi pekerjaanya itu. melalui jalan setapak mereka bertiga jalan dengan langkah cepat agar segera bisa sampai dirumah.

Dirumah, mereka hanya tinggal bertiga dengan kondisi yang sangat sederhana, yang ketika malam datang hanya lampu teplok yang menemani mereka dari gelapnya suasana malam, dan juga menemani ani ketika sedang membuka buku pelajarannya. Itu semua ia lakukan setiap hari dengan senang hati tanpa ada keluhan-keluhandari mulutnya seperti halnya anak-anak seusianya. Dan tanpa lelah Ia selalu mambantu orang tuanya bekerja kapan  saja dan di mana saja.

“ani, ini udah malam, cepet tidur gih!!” pinta ibunya menyuruh ani agar segera tidur.

“ia bu sedikit lagi, ani mau menyelesaikan tugas dulu.”

“Oh begitu ya, tapi kalau sudah selesai kamu langsung tidur yah, karna besok pagi-pagi sebelum berangkat sekolah  kamu harus mambantu ibu dulu menggoreng pisang seperti bisa.”

“iya bu,” jawab ani singkat. “oh iya, ibu tidur saja dulu, nanti ani mau menyelesaikan tugas dulu, nanggung bentar lagi.” Tambahnya

Suasana hening ketika seisi rumah termasuk ani sudah terlelap dalam buaian mimpi mereka masing-masing, hanya  temaram teplok yang bergoyang-goyang ria karna terkena angin malam yang hilir mudik masuk ke dalam rumah sederhana yang terbuat dari bilik-bambu itu. Mereka bertiga tidur hanya dengan beralaskan tikar yang terbuat dari rotan, tanpa kasur empuk yang biasa orang lain pakai untuk tidur. Tapi meski begitu keluarga kecil ini tidak pernah mengeluh  dengan semua keadaan ini. dan sampai fajar, ketika terdengar ayam berkokok, mereka tetap dengan kondisi seperti itu.

Ketika pagi menjelang, seperti biasa, ani bangun untuk membantu ibunya  membuat goreng pisang yang akan di jajakan keliling oleh ibunya. Dengan mata yang masih berat ani seakan sudah terbiasa dengan keadaan ini, sebelum berangkat sekolah Ia harus membantu orang tuanya dulu sampai selesai dengan pekerjaannya. Dan setelah itu Ia langsung bersiap-siap untuk bersekolah seperti biasa, dan begitu setiap harinya.

*****

            Hari yang ditunggu-tunggu ani akhirnya datang juga. Hari itu Ia akan ikut olimpiade sains antar pelajar se-provinsi banten. Ia di utus untuk mewakili kabupaten serang dalam acara tersebut, yang sebelumnya ia sudah memenangkan olimpiade yang sama antar sekolah se-kabupaten serang. Dengan persiapan yang matang dan sudah di persiapkan olahnya jauh-jauh hari sebelum hari itu, membuat ani semangat dan optimis dalam mengikuti olimpiade tersebut.

            Satu demi satu pertanyaan di jawabnya, tetapi pelajar dari kota lain tidak mau kalah, berebut skor terjadi dalam soal Tanya jawab dalam olimpiade itu. Sampai pada soal tetang pelajaran biologi yang sebagai mata pelajaran andalan ani, ia sangat suka pelajaran itu, dan di sekolahnya pun nilai mata pelajaran itu yang paling tinggi diantara nilai-nilainya yang lain bahkan sampai mencapai nilai 9,8. Dan benar saja semua soal biologi dilahapnya semua tanpa menmberi kesempatan peserta lain untuk menjawab. Sampai selesai, ani terus mendominasi.

            Waktu yang ditunggu-tunggu semua peserta olimpiade tersebut tiba, yaitu pengumuman pemenang. Semua orang termasuk ani memasang wajah tegang menunggu hasil pengumuman tersebut.

“para sekarang adalah waktu yang di tunggu-tunggu oleh kalian semua pesrta olimpiade sains kali ini” teriak seseorang yang akan mengumumkan pemenang hasil olimpiade. “Mohon di perhatikan dengan seksama pengumuman kali ini” lanjut orang itu menenangkan para hadirin.

“Dan untuk pemenang olimpiade kali ini yaitu….”

Sejanak suasana senyap, semua orang harap-harap cemas menunggu orang pemberi member pengumuman itu menyebutkan pemenangnya. jantung ani serasa berdegup lebih kencang dari normalnya, dan yang lain juga meresakan hal yang sama sepertinya.

“kabupaten serang…”

Semua orang bertepuk tangan, suara gemuruh terdengar, ani seperti melayang diantara orang-orang di sekitarnya. Ia telah mendapatkan apa yang di inginkan.

“aku bisa buktikan, sebagai orang yang kurang mampu, aku bisa berprestasi, tidak kalah dengan orang-orang yang mungkin hidupnya lebih berkecukupan. Ini semua semoga menjadi awal untukku agar  lebih semangat belajar dan mengukir prestasi.  dan Semoga kedua orang tuaku bangga dengan ini” gumam ani dalam hati di tengah euforia kemenangannya.  


ciputat, 20 Desember 2012






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlalu Begitu Cepat

Teh Dini Hari

Kuping Kiri